Rabu, 16 Juni 2010

Accelerated Learning dan Implementasinya di Indonesia

Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era kesemrawutan. Karena AL pada intinya adalah filosofi pembelajaran dan kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2000). Accelerated Learning memiliki ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional dan fisik serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu. Metode apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran, bisa dimasukkan dalam metode Accelerated Learning

Memasuki abad 21 ini masalah mutu pendidikan Indonesia merupakan masalah nasional. ndokator yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia menurut UNESCO tahun 2000 tentang indeks Pengembangan Manusia (Human Developmen Index) terbukti komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per-kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Menurut data dari UNESCO, diantara 174 negara di dunia, peringkat Indonesia mengalami penurunan. Penurunan mutu pendidikan di Indonesia terlihat dari peringkat negara-negara yang di survey tersebut dari tahun ke tahun yaitu: pada tahun 1996 peringkat ke 102, 1997 peringkat 99, tahun 1998 peringkat 105, tahun 1999 peringkat 109, dan tahun 2000 peringkat 112. Keadaan tersebut diperkuat juga dari hasil survei Political and Economic Risk Consultantn (PERC), tentang kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia (Rosyada:2004:4).
Terkait dengan kenyataan dan persoalan mutu pendidikan di atas sangat mendesak untuk dipikirkan penyempurnaan dan perbaikan pendidikan di Indonesia. Masalah rendahnya mutu pendidikan tersebut dipengaruhi banyak hal. Pemerintah, Sekolah, dan masyarakat perlu mengadakan koreksi terhadap langkah pendidikan yang selama ini dilakukan. Sekolah sebagai tempat formal pelaksanaan pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar untuk peningkatan hasil pendidikan. Salah satu langkah perbaikan pendidikan tersebut adalah mencari bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. Bentuk pembelajaran yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa dalam merangsang strategi pembelajaran ataupun melaksanakan pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran semaksimal mungkin. Dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.Pembaharuan pendidikan, dengan perubahan proses belajar mengajar, menawarkan sejumlah pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang ditawarkan tersebut sebagai koreksi terhadap pembelajaran tradisional yang konvensional yang selama ini digunakan. Salah satunya adalah accelerated learning (pembelajaran dipercepat).
Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era sekarang ini.. Karena AL pada intinya adalah filosofis pembelajaran dan kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2003)
Accelerated learning memiliki beberapa ciri khas yang membedakan dengan pembelajaran tradisional (konvensional). Ciri khas dari accelerated learning itu adalah: cenderung luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan, bekerja sama, multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional, dan fisik serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu. Metode apapun yang digunakan asal dapat meningkatkan dan mempercepat pembelajaran dapat diterapkan dalam accelerated learning.
Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era kesemrawutan. Karena AL pada intinya adalah filosofi pembelajaran dan kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2000). Accelerated Learning memiliki ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional dan fisik serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu. Metode apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran, bisa dimasukkan dalam metode Accelerated Learning.
Sedangkan pelaksanaan di Indonesia banyak macam ragamnya. Penafsiran terhadap Accelerated Learning berbeda-beda, sehingga implementasinya dalam praktek di sekolah-sekolah di Indonesia juga ada bermacam-macam, ada yang dalam bentuk percepatan belajar, kelas unggulan, maupun sekolah seharian (full Day School). yang menjadi pertanyaan “benarkah mereka telah melaksanakan Accelerated Learning?”. Hal inilah yang perlu dikaji antara konsep dan pelaksanaannya.
PEMBAHASAN
A. Makna Accelereted Learning
Kita telah memasuki era abad ke-21 yang ditandai dengan ketidakpastian/ kesemrawutan. Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggilah yang akan mampu menghadapi ketidakpastian itu. Untuk itu kita tidak ingin menghasilkan manusia “fotocopy” seperti pada abad ke-19, yakni pendekatan pembelajaran yang menciptakan penumpulan diri seseorang sepenuhnya. Tugas pendidikan pada saat itu adalah mempersiapkan orang untuk menghadapi dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan. Pembelajaran sudah dipatok standar, begitu pula dengan hasilnya. Sehingga manusia sebagai sebuah mesin atau robot yang sudah distandarkan. Sedangkan abad ke-21 ini kita harus menghasilkan “tokoh orisinil” yang dapat mengerahkan sepenuhnya kecerdasan setiap orang yang unik dan bukannya menindasnya atas nama standarisasi. Kita semua harus mampu menjadi innovator dalam pembelajaran.
Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era kesemrawutan. Karena AL pada intinya adalah filosofi pembelajaran dan kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2000).
Sejarah singkat Accelerated Learning didasarkan pada metode Lazanov dalam menenangkan pasienpsikiatri dengan memberikan musik dan sugesti positif mengenai kesembuhan mereka. Metode ini kemudian dicobakan dalam pembelajaran, didapatkan bahwa kombinasi musik dan sugesti positif serta permainan anak-anak, memungkinkan pelajar untuk belajar jauh, lebih cepat dan jauh lebih efektif.
Accelerated Learning memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan ciri belajar yang tradisional (konvensional). AL memiliki ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional dan fisik serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu.Metode apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran, bisa dimasukkan dalam metode Accelerated Learning. Sedangkan untuk belajar tradisional pada umumnya memilikikecenderungan belajar dengan ciri yakni : kaku, muram, dan serius, satu jalan (cara), mementingkan sarana, bersaing, behavioritas, verbal, mengontrol, hanya melibatkan mental (kognitif saja), dan pembelajaran berdasarkan waktu.
B. Perkembangan Accelerated learning
Accelerated learning berkembang pesat sekitar tahun 1970. Perkembangan itu dimotori oleh Schroeder dan Orstrander ketika itu menerbitkan sebuah buku berjudul Superlearning. Isi buku ini memuat ide pembelajaran dengan suggestology hasil kerja seorang psikiater dan psikoterapi dari Bulgaria yang bernama Lozanov. Pada sekitar tahun 1950 Lozanov sedang menangani seorang pasien yang mengalami gangguan psikologis. Dengan teknik-teknik sugesti akan kesembuhan mereka dan menenangkan mereka dengan musik barok (musik abad 17). Hasilnya ternyata pasien tersebut mengalami kesembuhan. Lozanov menyebutkan ini sebagai suggestology dengan berasumsi bahwa setiap manusia memiliki cadangan pikiran yang tersembunyi dan hal ini dapat diaktifkan kembali dengan sugesti dan musik dalam keadaan rileksasi (http://dr-lozanov. Dir-bg/page2). Kenyataan tersebut diterapkan di dunia pembelajaran. Lozanov mengadakan studi penelitian dalam ilmu jiwa untuk memberi sugesti positif dan pengaruh musik terhadap siswa-siswa dalam pembelajaran. Lozanov merasa yakin bahwa metode ini juga dapat diterapkan pada dunia pendidikan, dengan mengaktifkan cadangan gelombang otak pada siswa. Keberadaan jiwa dalam memimpin pribadi, membuat konsentrasi mental, disiplin diri, perenungan dengan musik dalam keadaan yang rilek untuk meningkatkan memori. Beliau mendapatkan hasil penelitiannya, siswa-siswa tersebut dapat menyerap lebih cepat materi belajarnya. Saat itu yang digunakan sebagai penelitian adalah pembelajaran bahasa asing.
Dia mendapatkan hasil penelitiannya bahwa: musik, sugesti positif, mainan anak-anak memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat dan jauh lebih efektif. Kabar mengenai temuan ini menyulut imajinasi guru bahasa dan guru-guru matapelajaran yang lain untuk mencoba menerapkan. Terapi dengan sugesti ini dinamakan sebagai suggestology, didefinisikan sebagai ilmu (studi ilmiah) untuk memberi kesan. Kesan yang diberikan adalah bahwa setiap siswa akan mampu mengikuti setiap pembelajaran dengan berhasil, pelajaran tidak ada yang sulit, dan situasi belajar yang menyenangkan. Sedangkan aplikasinya dalam proses belajar mengajar diberinama suggestopedia.
Pada tanggal 6 Oktober 1966 didirikan Institut Riset Suggestology yang pertama sebagai wadah untuk meneliti potensi manusia. Tujuannya dengan teknik sugesti dapat membebaskan pemikiran, kemudian tidak hanya merangsang memori, tetapi meningkatkan memori dan fungsi mental yang lain dan seluruh kepribadian. Sasarannya adalah mengambil cadangan gelombang otak, berupa cadangan memori, cadangan intelektual, cadangan kreatifitas, dan cadangan keseluruan pribadi untuk menghindari kelelahan, dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar. Sedangkan efek positip dari sugestopedia adalah membantu siswa menyesuaikan diri dengan masyarakat. Menurut Lozanov (http://dr-lozanov. Dir-bg/page2. htm) prinsip-prinsip sugestopedia adalah: (1) menghadirkan kegembiraan dan rileksasi dalam belajar dengan menghilangkan ketegangan sampai ke seluruh kelas, (2) menggunakan dua program otak, otak sadar dan bawah sadar secara simultan, dan (3) mata rantai suggestive pada tingkat cadangan yang komplek, meliputi arti-arti psikologika berdasarkan intuisi, mental professional, dalam segala waktu.
Dalam kelas suggestopedia, belajar dalam kelas merupakan proses perjalanan belajar yang menyenangkan. Proses belajar mengajar diibaratkan sebagai konser aktif dengan bermain peran, game, nyayian/musik, serta aktifitas yang lain. Penciptaan yang menyenangkan dalam situasi rilek tersebut akan meningkatkan gelombang otak sehingga energi informasi mengalir dengan muda antara guru dan para siswa, dan antara siswa satu dengan yang lainnya.
Perkembangan pembelajaran suggestopedia diterima dengan antusias oleh ahli-ahli pendidikan. Pada tahun 1970, Don Schuster dari Iowa State University, dan Ray Bordon dan Charles Gritton, mulai menerapkan metode ini dalam pengajaran di SMU dan Universitas, dan hasilnya positip. Pada tahun 1975 mereka bersama-sama tokoh yang lainnya mendirikan The Society for Accelerative Learning and Teaching (SALT) dan mulai mensponsori konferensi-konferensi internasional. Suggestopedia telah membangkitkan minat professor di perguruan tinggi, pendidik sekolah menengah umum, dan pelatih perusahaan di dunia untuk menerapkan suggestopedia dalam proses pembelajarannya. Pada tanggal 11 sampai dengan 16 Desember 1978 diadakan konperensi Internasional suggestologi di Sofia, negara Bulgaria. Sponsor pertemuan ini adalah kelompok kerja tenaga ahli suggestology internasional, bersama-sama UNESCO dan Kementerian Pendidikan Bulgaria. Peserta pertemuan yang diundang mempresentasikan penemuan mereka tentang pembelajaran suggestopedia, dan membicarakan implementasi ke depannya. Mereka sepakat untuk mendirikan pusat suggestopedia serta akan melatih guru-guru dalam suggestopedia.
Hasil konverensi tersebut memberikan rekomendasi kepada UNESCO tentang suggestopodia, yaitu: (1) kesepakatan bahwa suggestopedia adalah metode mengajar yang unggul untuk setiap orang dengan berbagai tipe siswa, (2) meningkatkan kemampuan mengajar untuk mendapatkan sertifikasi, (3) pelatihan guru suggestopedia harus dimulai secepat mungkin, dan (4) UNESCO harus mempersatukan perkumpulan suggestology dan suggestopedia internasional, dan perlu memberi bantuan dan bimbingan Lozanov untuk mengadakan pelatihan, penelitian, koordinasi, dan mengumumkan hasilnya
SALT kini sudah mengembangkan pembelajaran dengan beberapa teknik dan metode untuk mengefektifkan belajar. SALT sekarang berganti nama The International Alliance for Learnin (IAN) dan masih mensponsori konferensi-konferensi Internasional di Amerika Serikat bagi peserta internasional. Konferensi-konferensi yang dilakukan berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran, dan mutu pendidikan. Kini di beberapa negara sudah memiliki asosiasi serupa itu, seperti di Inggris Society for Effektive Learning (S.E.A.L) , di Jerman The German Society for Sugestopedic Teaching and Learning (D.S.G.L).
C. Prinsip-Prinsip Pokok Accelerated Learning
Beberapa prinsip pokok sehingga proses pembelajaran itu dikatakan sebagai Accelereted Learning, yaitu :
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri” dan verbal). Tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh siswa, melainkan sesuatu yang diciptakan siswz, dalam hal ini siswa memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru ke dalam struktur dirinya yang telah ada. Jadi belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem otak/tubuh secara menyeluruh.
3. Kerjasama membantu proses belajar. Bekerja sama dengan kawan-kawan akan mempercepat pembelajaran pembelajaran dan hasil belajar, dibandingkan dengan persaingan di antara siswa (individu) akan memperlambat pembelajaran dan hasil belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkat secara simultan. Pembelajaran yang melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (saar dan bawah sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indra, dan jalan dalam sistem total/tubuh seseorang. Otak bukanlah prosesor berurutan melainkan prosesor pararel, otak akan berkembang pesat jika ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik). Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks (pembelajaran kontektual) Hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Pengalaman nyata (konkrit) dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotesis dan abstrak, asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung, dan menerjunkan diri kembali.
6. Emosi positip sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga kuntitatas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positip terhadap pembelajaran akan mempercepat dan memperlancar proses belajar mengajar. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan menarik hati.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar yang kongkrit jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal.
D. Tujuan dan Langkah-Langkah Cara Belajar Cepat (CBC)
Dijelaskan dalam buku Accelerated Learning For The 21 Century (2003:8) cara belajar Cepat atau (CBC) adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan membuat “cetak biru” praktis bagi :

1. Setiap orang untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga bisa belajar lebih cepat dan mengingat lebih banyak.
2. Setiap orang tua untuk memberikan dorongan kepada anak –anak mereka agar menjadi “pelajar” atau “pembelajar” sukses dalam tahun-tahun penting perkembangan dirinya.
3. Setiap organisasi atau perusahaan untuk menciptakan budaya yang memungkinkan para anggota dan pekerjanya secara otomastis terfokus pada kesuksesan.

Cara Belajar Cepat merupakan kemampuan menyerap dan memahami informasi baru dengan cepat dan menguasai informasi tersebut. Untuk hal itu dibutuhkan dua (2) ketrampilan yaitu : (1) belajar cepar, dan (2) berpikir jernih.
Tujuan Cara Belajar Cepat antara lain adalah untuk:

1. Melibatkan secara aktif otak emosional, yang berarti membuat segala sesuatu mudah diingat.
2. Mensinkronkan aktivitas otak kiri dan otak kanan.
3. Menggerakkan kedelapan kecerdasan sedemikian sehingga pembelajaran dapat diakses oleh setiap orang dan sumber daya segenap kemampuan otak digunakan.(8 kecerdasan menurut Howard Gardner : Kecerdasan Linguistik, Logis-Matematic, Visual-Spasial, Musical, Kinestetik, Interpersonal, dan Intrapersonal, serta tahun 1996 ditambah dengan kecerdasan Naturalis.

Cara belajar Cepat memperlihatkan kepada semua pebelajar tentang cara-cara belajar yang sesuai dengan gabungan unik dari kapasitas-kapasitas tersebut.

4. Memperkenalkan saat relaksasi untuk memungkinkan konsolidasi seluruh potensi otak berlangsung. Semua pembelajaran perlu disimpan dalam memori.

Pada bagian awal makalah ini dijelaskan Accelerated learning yang memiliki salah satu ciri belajar “gembira dan menyenangkan”. Ketika kita senang dan menikmati belajar, kita akan belajar lebih baik. Bagaimana kita menjadikan belajar itu menyenangkan dan berhasil ? caranya antara lain :

1. Menciptakan lingkungan tanpa stes (releks), lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan , namun harapan untuk sukses tinggi.
2. Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan. Belajar ketika melihat manfaat dan pentingnya pelajaran.
3. Belajar secara emosional adalah positif
4. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan.
5. Menantang otak agar dapat berpikir jauh ke depan dan mengekplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin mengikutsertakan kecerdasan yang relevan untuk memahami subyek pelajaran.
6. Mengkonsolidasi bahan yang dipelajari, dengan meninjau ulang periode-periode waspada yang relaks.

Semua langkah di atas untuk menimbulkan rangsangan yang menyenangkan dimasukkan dalam program CBC, namun yang penting dilakukan adalah rencana yang padu, langkah demi langkah.
Dalam Accelerated Learning, struktur metode CBC dibagi menjadi enam langkah dasar. Keenam langkah itu dapat diingat dengan mudah, menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R. Sebuah kata yang yang diciptakan oleh pelatih terkemuka CBC Joyne Nicholl, penulis Open Sesame.
1. Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Punya keinginan untuk memperoleh ketrampilan/pengetahuan baru, dan yakin bahwa informasi yang anda dapatkan mempunyai dampak bermakna badi kehidupan anda.
2. Acquiring The Information (Memperoleh I nformasi)
Mengidentifikasi diri pada kekuatan Visual, Auditori, dan Kinestetis, anda mampu memainkan berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan informasi lebih muda daripada sebelumnya.
3. Searching Out The Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta ke dalam makna pribadi, dimana kedelapan kecerdasan kita berperan aktif. Setiap jenis kecedasan adalah sumber daya yang bisa diterapkan ketika mengekplorasi dan menginterpretasi fakta-fakta dari subyek pelajaran.
4. Trigering The Memory (Memicu Memori)
Pastikan bahwa pelajaran terpatri dalam memori jangka panjang, sehingga dapat membuka dan mengambilnya saat diperlukan. Adapun beberapa strategi yang dapat dipakai sangat efektif menurut para ahli memori, antara lain : pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng, akronim, kartu pengingat, peta konsep, musik, dan peninjauan.
5. Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Diketahui)
Coba siapkanlah dan latihkan pengetahuan yang telah anda peroleh dengan rekan anda. Jika dapat mengajarkan kerpada orang lain berarti anda betul-betul telah paham dengan pelajaran tersebut.
6. Reflecting How You’ve learned (Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar)
Anda perlu merefleksikan pengalaman belajar anda. Bukan hanya pada apa yang telah anda pelajari, melainkan bagaimana anda mempelajari. Ini adalah langkah terakhir, dengan manfaat menganalisa diri dapat dimulai cara belajar yang lainnya.
E. Sarana Prasana dan Media dalam Accelerated Learning
Pembelajaran accelerated learning di butuhkan elemen-elemen khusus, sebagai sarana prasarana dan media dalam pembelajarannya. Hal itu diadakan agar dapat mempercepat dan mengefektifkan pembelajaran. Menurut Deporter dibutuhkan elemen-elemen khusus pada AL yaitu: lingkungan fisik, musik, gambar-gambar(hiasan) bermakna, guru, keadaan positip, seni dan drama.
Lingkungan fisik, setiap usaha dibuat untuk menciptakan sebuah lingkungan pembelajaran yang nyaman. Komponen yang harus diperhatikan antara lain: lampu, suhu, warna, tanaman, dan dekorasi dibuat sebagai pendukung pembelajaran dengan pertimbangan yang hati-hati. Susunan tempat duduk terbuka dan fleksibel.
Menggunakan musik yang sesuai dan efektif mempertinggi lingkungan pembelajaran. Musik membantu siswa rileks dan fokus. Pemilihan musik harus sesuai dengan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Misalkan musik keras untuk menimbulkan semangat siswa.
Gambar-gambar (hiasan) yang bermakna. Poster-poster yang terletak dikelas mampu memberikan uraian-uraian pendukung pembelajaran. Informasi, sugesti yang diberikan oleh gambar-gambar dikelas mampu memberikan uraian yang sesuai dengan topik dari guru atau kegiatan sekolah yang lain.
Guru harus mendirikan kredibilitas dengan siswa, guru harus sudah terlatih dalam pembelajaran. Kemampuan suara (tekanan, informasi, tempo, keras, atau lembut) adalah teknik yang digunakan untuk menangkap perhatian siswa dan menekankan poin utama. Selain itu guru harus membangun hubungan yang kuat dengan siswa.
Keadaan positip, ketenangan emosi, sapaan dengan suara yang ramah dan menyenangkan. Penggunaan bahasa yang hati-hati menekankan pernyataan positip, dan menghindari pernyataan yang negatip. Menimbulkan dampak emosi positip pada siswa, hal ini akan memberi nilai tersendiri pada pembelajaran sehingga proses pembelajaran lancar, efektif, hasilnya menambah daya ingat siswa.
Seni dan Drama, guru memilih lagu-lagu, wayang atau drama agar dengan pemilihan kostum yang sesuai dengan topik, untuk mengilustrasikan pembelajaran, Tujuannya adalah pembelajaran lebih hidup.
Kelas diatur dengan hati-hati, penerangan, tanaman, tempat duduk, musik, poster yang mendukung pelajaran dan sarana lain yang telah dikenal, dibuat untuk dapat mengkontribusikan terhadap lingkungan pembelajaran. Ringkasnya dalam kelas AL, guru mulai menyapa dengan nada positip, hidup, ramah menyapa tiap-tiap siswa, masuk pintu dengan komentar yang hangat. Misalkan guru menyapa siswa yang datang, dengan ramah dan kontak mata berkata “halo! senang kamu dapat disini, hari ini kita punya hari yang besar.”.
Sapaan guru dan elemen-elemen ini akan membantu siswa menghilangkan perasaan negatif, memberi saran dengan halus, guru menghidupkan musik dari tape, untuk menciptakan atmosfir yang positip, siswa mulai menyiapkan buku dan perlengkapan belajar lainnya. Musik berhenti, siswa mengambil tempat duduk dan guru berlanjut mempersiapkan mereka untuk belajar dengan uraian dan pertanyaan. Misal pada pelajaran geografi guru akan memulai dengan pertanyaan atau penyataan. “Jika tiba-tiba kamu berada di lingkungan terisolasi, bagaimana kamu dapat bertahan hidup?” Guru kemudian menjelaskan tentang keadaan tanah dan daerah, iklim, flora, dan fauna, kemudian guru mensugesti kemudahan dalam mata pelajaran ini. Siswa menjadi aktip, mencoba mengungkapkan bagaimana mereka bertahan hidup di daerah terisolasi dengan teknik simulasi, permainan atau kegiatan lain. Sebagai fasilitator guru memimpin sebuah uraian apa yang sedang mereka pelajari, diikuti dengan penjelasan dari pengalaman atau cerita yang ada, tentang bagaimana mereka bertahan hidup.
Pelajaran berlanjut dengan review dan refleksi dengan guru yang sudah siap dengan jawaban. Siswa mengungkapkan jawaban-jawabannya. Pelajaran di tutup dengan siswa bercerita tentang sesuatu yang telah dipelajari. Akhirnya mereka merayakan keberhasilan pembelajaran hari itu.
Musik Sangat penting dalam Accelerated Learning
Keberadaan musik dalam pembelajaran akselerasi baik dari Deporter maupun Lozanov adalah faktor yang penting mengapa demikian? Unsur-unsur pembelajaran AL menggunakan musik secara sistematis dalam proses pembelajarannya. Menurut Lozanov ada dua alasan mengapa musik digunakan dalam pembelajaran akselerasi. Pertama, musik sangat potensial menciptakan keadaan siap belajar dengan situasi longgar pada diri siswa, yang disebut psychoreleksasi. Pada penelitiannya Lozanov menemukan ketika siswa menyesuaikan diri dengan musik ia merekam peningkatan gelombang alfa pada otak, dan penurunan gelombang beta otak, dan juga penurunan tekanan darah, dan lembutnya denyut nadi. Dengan ketertarikan dan rileksasi sangat berguna untuk menciptakan keadaan yang lebih baik.
Alasan kedua, dengan adanya musik, kedua belahan otak (kanan-kiri) akan digunakan secara utuh. Musik dalam pembelajaran merupakan penghantar untuk merangsang pengaktifan cadangan otak (kemampuan berpikir), digunakan untuk meningkatkan mental dan pembelajaran. Dengan musik akan tercipta keadaan rileksasi dan meningkatkan perhatian siswa, serta meningkatkan daya ingat siswa.
Pemilihan jenis musik, dan gaya musik untuk mengefektifkan belajar juga penting, karena antara orang satu dan yang lain berbeda selera dan mencakup suasana hati. Ada beberapa gaya musik yang sering digunakan yaitu gaya musik abad 17, musik klasik, dan musik jazz. Menurut hasil penelitian Lehman dan Gassner, pemilihan jenis musik bukan hal yang ketat, tetapi lebih baik musik yang cocok untuk anak-anak dan siswa dewasa.
Rileksasi dalam pembelajaran
Penelitian yang dilakukan di kelas dengan perlakuan rileksasi dan tanpa rileksasi oleh beberapa orang ahli tersebut kadang-kadang mendapatkan hasil yang tidak signifikan, tetapi beberapa ahli lebih banyak yang mendapatkan hasil yang signifikan. Pertama rileksasi kalau dilakukan sendiri kurang mendapatkan hasil, tetapi bila. dikombinasi dengan musik akan lebih efektif untuk meningkatkan pencapaian belajar.
Kedua adalah hubungan ketertarikan rileksasi dengan siswa yang memiliki ketertarikan pembelajaran yang tinggi akan menghasilkan tugas yang baik, tetapi siswa memiliki ketertarikan rendah akan menghasilkan tugas dengan baik dalam keadaan rileksasi. Jadi rileksasi menguntungkan hanya beberapa siswa tertentu yang tidak tertarik pembelajaran atau tugas yang diberikan.
Ketiga adalah hubungan rileksasi dengan sulit atau mudahnya tugas. Untuk soal-soal yang muda rileksasi tidak seberapa dibutuhkan, tetapi untuk soal/tugas yang sulit efek rileksasi sangat terasa, akan menyelesaikankan soal/tugas dengan baik. Pelaksanaan dengan teknik rileksasi yang progresif, akan meningkatkan memori jangka pendek dan lebih efektif dibanding teknik yang lain.
Kesimpulannya pembelajaran dengan rileksasi lebih unggul dibanding dengan pembelajaran konvensional yang penuh tekanan dan melelahkan. Siswa banyak tertarik dengan pembelajaran accelerated dengan rileksasi dari pada pembelajaran tradisional. Banyak ahli mendukung rileksasi sebagai unsur penting digunakan dalam metode pembelajaran, karena efeknya dapat meningkatkan kreatifitas baik fisik maupun psikologis.
F. Implementasi Accelereted Learning di Indonesia
Di Indonesia konsep Accelereted Learning ditafsirkan dan diimplementasikan dalam program pembelajaran di beberapa sekolah baik swasta maupun negeri. Mari kita analisa antara konsep asli Accelerated Learning asli seperti terpapar di atas, dengan implementasinya di lapangan yang dapat kita ketahui dari beberapa sekolah yang mencoba untuk menerapkannya.
Penulis mengkaji implementasi accelerated learning ini dengan melakukan observasi di beberapa sekolah, yang kebetulan berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum. Untuk mengetahui pelaksanaan di sekolah, kami mengobservasi pelaksanaan kurikulum dibeberapa SD, kebetulan secara formal mengobservasi MIN Malang I dan SD Percobaan. Sedangkan untuk SD /MI Sabbillillah observasi yang dilakukan masih non formal berdasarkan informasi yang diperoleh dari orang tua siswa dan siswa.
1. Kelas Percepatan di SD Lab Universitas Negeri Malang (UM)
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Lab, ternyata SD ini mencoba melakukan program percepatan dengan menggunakan modul. Sejak awal berdirinya pada tahun 1968 dengan nama SD LABORATORIUM IKIP Malanng, di bawah pimpinan Prof. DR. Supartinah Pakasih sebagai kepala sekolah I sekaligus beliau meneliti tentang percepatan belajar siswa SD. Sejak awal berdirinya (1968) sampai tahun 1987 menerapkan bentuk kurikulum yang berada dibawah naungan Badan Pengembangan Depdikbud Pusat. Hal itu berbedah dengan SD yang lainnya yang di bawah naungan Kanwil Propinsi. Dikatakan mereka menerapkan system pembelajaran maju berkelanjutan (system Akselerasi) per- semester. Program ini diperuntukkan untuk kelas tiga ke atas, sedangkan untuk kelas di bawahnya belum. Asumsinya adalah kemampuan membaca dan berhitung untuk kelas tiga ke bawah belum cukup.
Dalam program percepatan modul ini, siswa dapat untuk menyelesaikan modul satu ke modul berikutnya. Jika siswa dapat menyelesaikan modul dengan baik maka asumsinya siswa tersebut telah menguasai pokok bahasan yang ada di kelas yang lebih tinggi, maka siswa dapat mengikuti ujian kelas yang lebih tinggi tersebut. Misalkan anak kelas IV namun mampu menyelesaikan modul kelas V dengan sangat baik, maka ia berhak mengikuti ujian kelas V. Sehingga seorang siswa SD dapat lulus hanya dalam waktu 5 tahun atau 5,5 tahun, hal ini lebih cepat dari anak SD yang lainnya yang harus menyelesaikan /lulus dalam waktu 6 tahun.
Semenjak tahun 1987 sistem telah dirubah dengan turunnya SK No. 0707 /P/1986 tentang Penegerian Sekolah Dasar Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Malang menjadi Sekolah Dasar Negeri Malang dalam binaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Timur. Kemudian keluar Keputusan Mendikbud No. 0326/O/1978, maka SD Negeri Malang berubah nama lagi menjadi SD Negeri Percobaan Malang di dalam binaan Kanwil Depdikbud Jatim. Selanjutnya setelah otonomi daerah SD Percobaan di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Malang.
Pada tahun 1987 tersebut juga system percepatan telah ditinggalkan, dengan alasan banyak kendala terutama para lulusannya dalam hal administrasi.
2. Program Kelas Unggulan.
Program kelas unggulan yang akhir-akhir ini semakin marak perkembangannya, yakni mengumpulkan siswa-siswa yang berprestasi akademik dalam satu kelas tertentu. Berdasarkan hasil observasi kami pada salah satu sekolah di Malang yang menerapkan kelas unggulan ini yaitu MIN Malang I, Para pengelola, mereka beralasan di gunakan sistem ini adalah sebagai pelayanan individual, sehingga siswa yang cepat dalam belajarnya akan dilayani dengan cepat dan siswa tersebut tidak akan dirugikan dengan pelayanan gurunya terhadap siswa yang lambat. Begitu pula siswa yang lambat akan memperoleh pelayanan sampai dapat menuntaskan pembelajaran dengan dipilih guru-guru yang biasa menangani siswa yang lambat.
Kenyataan demikian ini menurut saya dapat dibenarkan, jika memang murid-murid dalam kelas unggulan ini belajar dengan memenuhi konsep accelerated learning, memanfaatkan baik fisik maupun emosional dan dalam suasana yang menyenangkan tanpa tekanan, sehingga mereka dapat berprestasi akademik, hal ini dapat dikategorikan sebagai accelerated learning. Tetapi jika pembelajaran yang terjadi pada kelas unggulan ini dalam suasana penuh tekanan dan persaingan diantara siswa, maka perlu dikoreksi pelaksaannya.
3. Program Belajar Sehari Penuh (Full Days School)
Program ini juga sudah menjadi salah satu pilihan di sekolah swasta maupun negeri. Program yang menambah jam belajar siswa hampir seharian. Jika pelaksaan full days ini dengan memperhatikan konsep accelerated learning, dengan memperhatikan psikologi belajar dan psikologi perkembangan anak, mempertimbangkan kebutuhan yang alami dari siswa, bukannya belajar terus menerus dari pagi sampai sore. Dengan situasi belajar yang menyenangkan dengan melibatkan fisik dan psikis anak, maka dapat dikategorikan sebagai Accelerated Learning.
Dalam penelitian non formal yang dilakukan oleh penulis terhadap salah satu sekolah swasta di Malang yaitu Madrasah Sabililah, dimana Madrasah (SD) ini telah menggunakan full Day School, dalam proses pembelajaran sehari-harinya memang telah ditetapkan, setelah siswa belajar dalam waktu yang telah ditentukan wakni sampai jam 13.00. maka siswa istirahat makan siang, bermain dalam lingkungan sekolah, setelah siswa mandi sore dilanjutkan dengan kegiatan agama dan mengaji.
4. Program Percepatan Versi Pendidikan Nasional (Diknas)
Program percepatan versi Diknas adalah program yang memperbolehkan atau memfasilitasi anak yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata, bisa melompat kelas yang lebih tinggi tanpa perlu belajar materi kelas di bawahnya. Program ini sedikit berbeda dengan program di SD Lab UM, yang mengharuskn siswa menyelesaikan materinya. Menurut penulis program ini tidak sesuai dengan konsep percepatan dari Accelerated Learning, yakni mempercepat dan mengoptimalkan pembelajaran seseoranng. Dalam Accelerated Learning tetap harus menghabiskan materi yang seharusnya siswa terima, bukannya melewati atau melompati yang seharusnya mereka dapatkan. Sehingga disini ada kerancuan, walaupun sama-sama menunjukkan percepatan, namun kalau hal itu dilaksanakan dengan meniadakan atau melompati materi yang seharusnya didapat siswa, penulis anggap itu tidak alami.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar Accelerated learning adalah pembelajaran yang alamiah, yang didasarkan pada cara orang belajar secara alamiah dengan memperhatikan prinsip dasar Accelerated Learning dan tidak memisahkan individu dari alam dan dari pengalaman holistiknya.
Cara belajar cepat (CBC) merubah ruang kelas secara total. Ketika para pengajar menggunakan aneka permainan dan aktivitas, emosi dan musik, relaksasi, visualisasi, permainan peran, warna, peta konsep, proses belajar menjadi hal yang menyenangkan dan bebas tekanan.
Makalah sederhana ini masih perlu penyempurnaan, untuk itu kritik dan saran perbaikan, kami harapkan demi penyempurnaannya, sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.
Implementasinya di Indonesia dilakukan beberapa sekolah dengan beberapa sebutan (kelas percepatan, kelas unggulan, atau full days) pada dasarnya kalau mereka ini menerapkan dengan situasi belajar yang alamiah, luwes, gembira, menyenangkan, dengan mementingkan aktifitas mental, maka dapat di sebut sebagai accelerated learning. Tetapi penulis melihat ada ketidak sesuaian antara konsep accelerated learning yang asli dengan implementasinya di sekolah-sekolah.
B. Saran
Bagi sekolah-sekolah yang telah menetapkan system pembelajarannya dengan kelas percepatan, kelas unggulan maupun full days School, disarankan untuk tetap berpegang pada prinsip prinsip Accelereted Learning. Ciri-ciri kelas accelerated learningpun harus tampak antara lain: luwes, gembira, banyak cara, mementingkan tujuan, bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, melibatkan mental emosional dan fisik, serta mengutamakan hasil bukan sarana atau metode tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Deporter, Bobbi. 2003. Quantum Teaching Memperaktekkan Quantum di Ruang Ruang Kelas. Saduran. Bandung:Kaifa.
_________. 1999. Quantum Teaching, Allyn and Baccon, Bandung: Kaifa.
_________, & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning, Bandung: Kaifa.
Dryden, Gordon & Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution. The Learning Web.
Meir, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan . Saduran. Bandung :Kaifa.

Rose, Colin dan Malcolm J. Nicholl. 2003. Accelerated Learning for 21st Century (Cara Belajar Cepat Abad XXI). Saduran. Bandung: Nuansa
(Sumber : Dra. Shofiatul Azmi, M.Pd dari fkip.wisnuwardhana.ac.id)

1 komentar: